it's a rick things u wouldn't understand

Selasa, 22 Februari 2011

Tujuh Tips Kencan Ala Ilmuwan

Bila Anda bingung dengan banyaknya saran bagaimana kencan yang baik, mungkin sekarang saatnya beralih ke pandangan para ilmuwan. Jangan kaget!
Selain sibuk menemukan obat untuk HIV atau mengeksplorasi luar planet yang memungkinkan untuk dihuni manusia, para ilmuwan ternyata juga meneliti tentang faktor-faktor yang memberi peluang seseorang berhasil merebut hati teman kencannya.
Berikut ini beberapa tips kencan ala ilmuwan yang telah mereka uji di laboratorium, dikutip dari Datingtips dan Guardian.
  • Buat diri Anda hangat
Salah satu studi yang dilakukan di University of Colorado di Boulder menunjukkan suhu akan mempengaruhi bagaimana Anda menilai kepribadian teman kencan atau sebaliknya.
Dalam salah satu eksperimen, peserta yang memegang secangkir teh panas lebih mungkin dinilai teman kencannya sebagai seseorang yang memiliki kepribadian hangat dibandingkan dengan mereka yang memegang segelas es kopi.
  • Bicara di telinga kanannya
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh dua psikolog Italia menunjukkan bahwa seseorang, baik pria atau wanita, yang menerima ucapan melalui telinga kanan, mereka cenderung lebih mudah memproses informasi itu dan mau menerimanya.
  • Memutar musik yang tepat
Telah terbukti dalam salah satu penelitian yang dilakukan psikolog Perancis bahwa wanita yang telah mendengarkan lagu-lagu dengan lirik romantis, lebih mungkin untuk memberikan nomor telepon mereka ke pria dibandingkan dengan mereka yang hanya mendengarkan lagu-lagu netral.
Jadi, ketika Anda berkencan, kondisikan lagu yang diputar betul-betul baik dan tepat, mengingat lagu ikut berperan dalam mengatur suasana hati pendengarnya.
  • Manfaatkan rasa takut
Pernahkah bertanya-tanya mengapa orang mengatakan bahwa menonton film horor merupakan cara bagus untuk berkencan? Sekelompok psikolog dari University of British Columbia mempelajari daya tarik manusia menggunakan dua jembatan, jembatan gantung yang bergoyang dan satu lagi jembatan yang amat kokoh.
Hasil studi menunjukkan bahwa pria yang melintasi jembatan yang bergoyang-goyang lebih cenderung untuk mencoba mendekati seorang wanita berdiri di ujung jembatan, dibandingkan pria yang menyeberangi jembatan yang kokoh.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pria tampaknya salah dalam mengerti rasa cemas mereka, sebaliknya kecemasan atau ketakutan sebenarnya bisa menjadi daya tarik seksual tersendiri.
  • Sembunyikan perasaan Anda
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Psychological Science, sebuah jurnal dari Association for Psychological Science menemukan, wanita lebih tertarik pada seorang pria ketika dia tidak yakin dengan perasaan pria tersebut padanya (ambigu).
Jadi, ketika Anda kencan, sebaiknya jangan terlalu terbuka, sebaliknya biarkan si dia menebak-nebak dulu, karena kebanyakan wanita akan kepincut dengan pria macam ini.
  • Kelompok kecil
Dalam studi lain dalam Psychological Science, seseorang cenderung memutuskan untuk memilih teman kencan dengan orang yang selama ini telah berhubungan dengannya atau dalam kelompok kecil yang selama ini dilibati. Misalnya, kelompok ibadah, sekolah, atau lingkungan.
  • Pakailah pakaian warna merah
Dalam salah satu penelitian di tahun 2008 di University of Rochester, pria dan wanita memiliki ketertarikan khusus dengan orang-orang yang mengenakan busana merah.
Para peneliti menunjukkan bahwa warna merah "berfungsi sebagai afrodisiak (bahan peningkat libido) bagi pria karena membawa makna seks dan percintaan."
Sementara itu, bagi kebanyakan wanita, pria yang memakai merah atau berdiri di depan latar belakang merah, bisa diartikan pria ini mempunyai status sosial dan ekonomi yang lebih tinggi.

Senin, 14 Februari 2011

Arti Dejavu

Pernahkah kamu mengalami perasaan pernah melakukan kegiatan yang sama persis sebelumnya? Merasakan sebuah kondisi yang sama persis sebelumnya? Melihat dan mendengar hal yang sama sebelumnya? Hal ini memang terkadang sangat membingungkan karena pada saat itu pula kita tidak mampu mengingat kapan dan dimana pernah melakukan kegiatan tersebut. Hal tersebut seolah-olah ada dalam mimpi namun kenapa bisa benar-benar terjadi. Inilah misteri yang biasa disebut orang dengan Déjà vu.

Berdasarkan penelitian, 70% manusia di bumi pernah merasakan déjà vu. Jadi, fenomena psikologis kutukan tersebut adalah hal yang sangat wajar dan bukan merupakan suatu atau karma sebagaimana banyak dipercayai orang. Déjà vu berasal dari bahasa Prancis yang artinya "pernah lihat". Maksudnya, mengalami sesuatu pengalaman yang dirasakan pernah dialami sebelumnya. Di Yunani, fenomena ini disebut dengan paramnesia yang merupakan gabungan kata para (παρα) artinya adalah "sejajar" dan mnimi (μνήμη) artinya "ingatan".

Kenapa déjà vu bisa terjadi?
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa déjà vu bisa terjadi? Jangan dulu berpikiran bahwa ini adalah fenomena alam yang tidak mampu dijelaskan secara ilmiah karena para ilmuan telah menemukan jawaban akan fenomena yang ada dalam alam pikiran manusia tersebut. Déjà vu terjadi karena adanya gelombang yang diantarkan ke dalam otak. Gelombang ini ada yang berasal dari dalam maupun luar tubuh manusia. Gelombang dari dalam manusia berasal dari setiap tindakan yang dilakukan. Sementara gelombang dari luar tubuh bisa berasal dari benda-benda yang menghasilkan gelombang seperti radio, televisi, ponsel, dan lain-lain. Namun, ada kalanya otak kita sedang dalam sensitivitas tinggi sehingga gelombang yang terbaca berupa amplitudo dan frekuensi tertentu dari suatu benda diterima tanpa kita sadari.

Contoh sederhananya suatu waktu kita dalam hati mendendangkan sebuah lagu. Lalu kita menyalakan radio dan di radio sedang dimainkan lagu yang sedang kita pikirkan tadi. Langsung kita berpikir “déjà vu”. Padahal, ini menunjukkan bahwa gelombang radio yang dikirim oleh stasiun pemancar, selain diterima oleh radio kita, juga dibaca oleh otak kita karena sifat otak kita yang super sensitive dalam menerima gelombang listrik itu tadi.

Ada lagi teori lain yang menjelaskan bahwa deja vu terjadi ketika sensasi optik yang diterima oleh sebelah mata sampai ke otak (dan dipersepsikan) lebih dulu daripada sensasi yang sama yang diterima oleh sebelah mata yang lain, sehingga menimbulkan perasaan familiar pada sesuatu yang sebenarnya baru pertama kali dilihat. Teori yang dikenal dengan nama “optical pathway delay”  ini dipatahkan ketika pada bulan Desember tahun lalu ditemukan bahwa orang butapun bisa mengalami deja vu melalui indra penciuman, pendengaran, dan perabaannya.

Déjà vu dipengaruhi usia
Ada pula yang beranggapan bahwa déjà vu ini adalah sebuah penyakit dalam ingatan sehingga semakin tua umur seseorang maka akan semakin sering pula terjadi déjà vu. Seorang ilmuwan asal Jepang dan juga merupakan seorang neuroscientist MIT , Susumu Tonegawa, melakukan eksperimen terkait fenomena ini pada tikus dengan membandingkan ingatan pribadi (episodik) dengan ingatan baru yang tercatat dalam dentate gyrus. Ia menemukan bahwa tikus yang dentate gyrus-nya tidak berfungsi normal kemudian mengalami kesulitan dalam membedakan dua situasi yang serupa tapi tak sama. Hal ini, tambahnya, dapat menjelaskan mengapa pengalaman akan deja vu meningkat seiring bertambahnya usia atau munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti Alzheimer. Kehilangan atau rusaknya sel-sel pada dentate gyrus akibat kedua hal tersebut membuat kita sulit menentukan apakah sesuatu ‘baru’ atau ‘lama’.

Macam-macam déjà vu
Déjà vu juga terjadi dalam berbagai bentuk ada yang hanya bisa mengingat secara samara-samar, ada yang hanya mengingat lokasi kejadian, dan ada pula yang mengingat hal-hal yang sangat mendetail. Secara garis besar, déjà vu terdiri dari empat jenis yakni:

1.    Déjà Vu
Déjà vu jenis ini yang paling banyak terjadi dimana kita pernah merasakan suatu kondisi yang sama sebelumnya dan yakin pernah terjadi di masa yang lampau dan berulang kali. Sering kali pada saat itu individu akan diikuti oleh perasaan takut, rsa familiar yang kuat, dan merasa aneh.

2.    Déjà Vécu
Perasaan yang terjadi pada Deja Vecu lebih kuat daripada déjà vu. Deja vecu seseorang akan merasa pernah berada dalam suatu kondisi sebelumnya dengan ingatan yang lebih detail seperti ingat akan suara ataupun bau.

3.    Déjà Senti
Déjà Senti adalah fenomena “pernah merasakan” sesuatu. Suatu ketika kamu pernah merasakan sesuatu dan berkata “Oh iya saya ingat!” atau “Oh iya saya tahu!” namun satu dua menit kemudian sadar bahwa sebenarnya kamu tidak pernah berbicara apa pun.

4.    Jamais Vu
Jamais Vu (tidak pernah melihat/mengalami) adalah kebalikan dari déjà vu. Kalau déjà vu mengingat hal-hal yang sebenarnya belum pernah dilakukan sebelumnya, Jamais Vu lain lagi. Tipe déjà vu semacam ini justru tiba-tiba kehilangan memorinya dalam mengingat sesuatu hal yang pernah terjadi dalam diri. Hal ini bisa terjadi karena kelelahan otak.

5.    Déjà Visité
Déjà vu tipe ini lebih menitik beratkan pada ingatan seseorang akan sebuah tempat yang belum pernah ia datangai sebelumnya tapi merasa pernah merasa berada pada lokasi yang sama. Déjà Visité berkaitan dengan tempat atau geografi.
(sab/foto: www.neoticode.com)

9 Tips Penyegaran Otak

Rasa jenuh dengan aktivitas sama setiap harinya dapat menimbulkan depresi. Kebosanan ini juga bisa membuat otak Anda merasa 'kurang tertantang'. Jika Anda sering mengalami hal ini, jangan diam saja. Lakukan latihan berikut ini yang bisa membuat Anda seperti memiliki otak 'baru'.
Dorothea Brande, penulis dan editor asal Amerika Serikat yang terkenal dengan bukunya "Wake Up and Live and Becoming a Writer", menyarankan beberapa latihan mental untuk membuat pikiran Anda jadi lebih tajam. Latihan-latihan dimaksudkan untuk menarik Anda keluar dari kebiasaan dan rutinitas, memberikan Anda perspektif berbeda, serta menempatkan Anda dalam situasi yang membutuhkan akal serta kreativitas dalam memecahkan masalah.
Brande percaya, hanya dengan melakukan pengujian dan peregangan sendiri Anda mengembangkan kekuatan mental. Berikut sembilan latihan yang disarankan oleh Brande yang bisa Anda coba, seperti dikutip dari Divine Caroline.
1. Habiskan satu jam setiap harinya dengan tidak berkata apa-apa. Kecuali, untuk menjawab pertanyaan secara langsung, di tengah-tengah kelompok, tanpa menimbulkan kesan bahwa Anda merajuk atau sakit. Cobalah bersikap sebiasa mungkin.
2. Berpikirlan selama 30 menit setiap hari tentang satu subjek. Mulailah dengan berpikir dalam lima menit jika 30 menit terlalu lama.
3. Berbicaralah selama 15 menit per hari tanpa menggunakan kata "Aku", "Saya", dan  "Milik saya".
4. Cobalah untuk diam di tengah keramaian
5. Lakukan kontak dengan orang baru dan biarkan ia menceritakan banyak hal soal dirinya tanpa ia menyadari.
6. Ceritakan secara eksklusif tentang diri sendiri dan kesenangan Anda tanpa mengeluh, membual atau membuat bosan teman Anda.
7. Buat rencana selama dua jam per hari dan lakukan rencana itu dengan konsekuen.
8. Buatlah 12 kegiatan yang dilakukan secara acak dan spontan. Misalnya, sepulang mendatangi tempat makan yang belum pernah dikunjungi sebelumnya lalu pulang bukan dengan naik taksi tetapi ojek. Atau, biasanya pada pagi hari Anda minum kopi, minumlah air putih atau jus. Usahakan kegiatan tersebut berbeda dari rutinitas Anda.
9. Dari waktu ke waktu, luangkan setiap harinya menjawab "Ya" untuk setiap permintaan orang lain, tapi tentunya yang masuk akal.